Review - Gundala (2019) Film Indonesia Pertama Yang Saya Bangga-Banggakan!
















Gundala (2019)


Sutradara: Joko Anwar

Pemeran: Abimana Aryasatya, Tara Basro, Bront Palarae, Ario Bayu, Rio Dewanto, Marissa Anita

Penulis: Joko Anwar

Produser: Sukhdev Singh, Wicky V. Olindo, Bismarka Kurniawan

Sinematografi: Ical Tanjung

Editor: Dinda Amanda

Musik: Aghi Narotama, Bemby Gusti, Tony Merle

IMDb: 7,7/10




Jagat Sinematik Bumi Langit telah tercipta! BLCU (Bumi Langit Cinematic Universe) memulai petualangan dan perjalanannya melalui film "Gundala". Yang disutradarai sekaligus ditulis oleh sutradara A Copy Of My Mind dan Pengabdi Setan (Satan's Slave), Joko Anwar. Reputasi atau citra seorang Joko Anwar udah nggak diragukan lagi lahh! Film film karyanya nggak cuman satu kali nangkring/mejenk di festival festival film internasional dan bergengsi. Film karya Joko nangkring di festival film besar seperti Toronto International Film Festival, Venice Film Festival, Popcorn Frights Film Festival, Overlook Film Festival. Kali ini, Joko merilis karya terbarunya yang berjudul Gundala. Dibintangi oleh aktor kawakan tanah air seperti Abimana Aryasatya, Tara Basro, Rio Dewanto dan banyak lagi.

Untuk film Gundala ini, alias film yang menyeritakan karakter patriot pembela Indonesia ini, cukup bagus dan filmnya tidak juga disebut mengecewakan. Visual khas Joko Anwar yang membuat mata ini 'tau' kalau itu film yang disutradarai Joko Anwar (anjay, mata aja bisa tau :v). Tone film yang kelam, gelap (dark) yang menampakkan betapa kelamnya dan suramnya kehidupan dan masa depan negeri ini. Naskah yang cukup keren, dalem banget, kuat, dan terdapat banyak banget pesan moral dan pesan sosial (hampir sepanjang film, tidak luput disampaikan pesan moral), hingga kisah masa kecil Sancaka dari mulai kehilangan ayahnya yang terbunuh, kehilangan ibunya yang pergi ke Tenggara tapi tidak pulang pulang, hingga Sancaka yang beranjak dewasa dan menjadi security di pabrik The Djakarta News, salah satu perusahaan redaksi (cetak koran, buat koran, pencetakan koran semacam itulah) pun ceritanya dikembangan dengan cukup baik. Gundala bisa disebut sebagai sebuah awal yang cukup baik untuk memulai jagat sinematik Bumi Langit (BLCU).

Terlepas dari pesan moral dan sosial, film ini juga tak luput dari munculnya badword (kata kasar) semacam "anj*ng" dan "b*ngs*t" hehehehe :v. Jadi, keliatannya belum cocok kalau kalian ngajak nonton anak kecil (Ratingnya aja 13+). Karena belum cukup umur (kasihan juga sih menurut penulis, dari kecil udah diajarin toxic :v). Yang paling mencuri perhatian disini adalah galaknya, kejamnya, ganasnya, sinisnya, dan sadisnya si Pengkor, musuh atau villain utama di film ini. Pengkor dan Sancaka (kecil) dari awal memang sudah mampu menarik perhatian. Sancaka yang hidup sebatang kara dan harus menghadapi kehidupan yang keras ini, hingga latar belakang Pengkor yang terkenal gila karena pernah memimpin pemberontakan di panti asuhan tempatnya tinggal dulu waktu kecil. Akting si Ghazul (Ario Bayu) dan Ganda Hamdan (Aqi Singgih) cukup bagus. Si Ghazul pembawaannya sangat berwibawa dan 'cruel' banget kesannya di film. Juga aktingnya si politikus Ridwan Bahri (Lukman Sardi) dan para politikus yang lain (yang berusaha mengatasi masalah di negeri ini, yang berusaha mengatasi rakyatnya yang keracunan karena memakan beras yang terkontaminasi) juga cukup baik. Mereka semua (para pemeran) cocok dan berhasil memainkan perannya masing masing dengan baik. CGI yang menghiasi film ini juga sudah cukup baik (udah lumayan lah, not bad at all) walaupun masih banyak 'editan kasar' dan sejujurnya masih harus banyak diperbaiki. Kesimpulannya, film superhero Indonesia ini tidak cukup bagus dan juga tidak cukup mengecewakan.

Loh!? Kenapa kok filmnya tidak cukup bagus!? Gak menghargain perfilman Indonesia lu!?, tenang, penulis masih belum selesai. Dimana ada kelebihan, pasti ada kekurangan ya kan? Terlepas dari semua kelebihannya, film Gundala masih perlu banyak dibenahi. Perpindahan cerita dari satu scene ke scene lainnya dirasa kecepetan dan terlalu buru buru, dimana di satu scene tersebut masih bisa digali lebih dalam lagi ceritanya. Selain itu, di film ini, Sancaka saja masih nggak tau "dirinya" itu siapa (yang ngasih nama Gundala justru si Ghazul), dan pengembangan/penjelasan tentang sosok Gundala aja masih belum kuat dan terlalu jelas. Apakah Sancaka selalu diincar petir karena Thor naksir sama dia? Apakah Sancaka selalu diincar dan disambar petir itu tandanya Sancaka akan jadi penerus Raiden di Mortal Kombat? Apakah Sancaka diincar petir itu tandanya Sancaka ditakdirkan jadi penerus Nikola Tesla? Apakah Sancaka diincar petir karena ga sanggup bayar tagihan listrik? Masih kurang jelas.

Fight choreography nya menurut penulis rasanya masih kurang. Bukan berarti nggak bagus, tapi ya kurang aja rasanya. Penulis kurang 'dapet' kalau soal perkelahiannya ini. Narasi dan dialognya juga masih perlu dibenahi. Tapi yang jelas, film ini adalah awal pembuka yang sangat baik untuk BLCU. Dan, penulis juga udah makin nggak sabar liat aksi dari karakter yang lainnya seperti Sri Asih, Godam, Si Buta Dari Gua Hantu, Mandala, Aquanus, Nusantara, dan yang lainnya.




note: Tiap orang beda beda ya, buktikan dengan nonton sendiri! Jangan bergantung dengan review atau kritik!




Terima kasih sudah meluangkan waktu ke situs review orang awam ini, See You Again!



Komentar

Posting Komentar