Review - Joker (2019) Untuk Kedua Kalinya Saya Menyukai Penceritaan Karakter Joker Selain Di The Dark Knight
























Joker (2019)


Sutradara: Todd Phillips

Pemeran: Joaquin Phoenix, Robert De Niro, Zazie Beetz, Frances Conroy, Brett Cullen, Brian Tyree Henry

Penulis: Todd Phillips, Scott Silver

Produser: Todd Phillips, Bradley Cooper, Emma Tillinger Koskoff

Sinematografi: Lawrence Sher

Editor: Jeff Groth

Musik: Hildur Guðnadóttir

IMDb: 9,0/10

Metascore: 58

Rotten Tomatoes: 69%




"Penulis" diganti menjadi "Saya" (gapapa, biar gampang hehe :v)


Untuk pertama kalinya, saya kecewa dengan hasil rating Rotten Tomatoes. Kenapa? Why? Kok cuman dikasih rating 69% (Audience Score nya bagus sih). Kenapa hanya diberi rating 69%? Padahal, film ini bisa dibilang Masterpiece, Sebuah Mahakarya, Perfect, This Is Movie! Ini Baru Film! Eh, sesuai slogan, "setiap orang beda beda". Jadi, setiap kritikan dari kritikus/reviewer pasti berbeda beda. Yang pasti, film ini termasuk film terbaik yang membuat saya takjub dan 'berhasil' masuk ke pikiran saya. Bisa dibilang, film ini harus menang Oscar! (Big Applause to Joaquin Phoenix for his perfect role in this Movie!) terutama untuk Joaquin, alias aktor/pemeran utama, harus menang Oscar sebagai "Aktor Terbaik". Robert De Niro (Murray Franklin) mungkin juga harus memenangkan Oscar, untuk pemeran lainnya, saya sangat takjub, dan hanya bisa bilang "kalian da besttt" :v

Big Applause juga buat sutradara Todd Phillips dan penulis, Todd Phillips sama Scott Silver. Serta sang sinematografer, Lawrence Sher, karena shot shotnya yang "well shot", epic, dan bisa dibilang shot nya keren, pengambilan gambarnya nggak "biasa biasa" amat lah. Cukup enak dilihat, pokoknya nggak biasa lah (apa sih hehe :v). Saya memuji penulis karena berhasil menciptakan formula cerita naratif kehidupan sang komedian Arthur Fleck atau yang dikenal sebagai Joker (cerita Joker yang sangat berbeda disini, tidak ada sambung menyambung dengan alur DCEU). Kehidupan Joker yang kompleks dan rumit, serta tingkah Joker sebagai pengidap gangguan mental, yang setiap saat harus tertawa tanpa maksud, belum lagi karena pengaruh lingkungan sekitar tempat dia tinggal bersama ibunya, Penny Fleck. Peringatan, film ini bukan film macam "Superhero musuh Penjahat", tidak ada Batman (Bruce Wayne disini masih kecil ceritanya), bukan film anak anak. Ini film kelam, Dark, Suram, Gelap, film ini ngacak ngacak mental, film psikologis (pendekatan psikologis secara nyata, saya alami sendiri selama nonton film ini), film sadis (darah, kekerasan, seks, dialog kotor, candaan seks, rating 17+). Jadi, jangan sembarangan! Jangan bawa anak kecil/saudara yang masih dibawah umur, pokoknya jangan! Jangan nonton film ini pas mood kalian lagi sad, sedih, dan semacamnya. Berbahaya!

Mungkin menurut kalian, saya mengatakan bahwa film ini film psikologis tu sudah "alay banget" ya? (apasih, cuman film aja kok!). Oohh, enggak! Saya tidak alay! Saya berkata sesungguhnya. Pokoknya terserah kalian! Mau nonton? Sudah ada peringatannya! (baca dulu). Film ini mengupas habis kehidupan kelam sang badut pelawak, yang kemudian berubah menjadi "pemimpin revolusi" masyarakat Gotham untuk merubah kota menjadi lebih baik. Saya sangat "menyukai" Joker di film ini, dimana dia berhasil mengubah dan "menghipnotis" masyarakat Gotham yang sudah muak dengan sistem, korupsi, dan "tingkah tingkah" para elite di Gotham City untuk memberontak. Saya suka cara Joker dalam melatarbelakangi kerusuhan dan pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat, seperti yang dia lakukan di acara The Murray Franklin Show, apa yang dia katakan dan bicarakan (No Spoiler Here! :v), dan terbunuhnya sang pembawa acara, Murray Franklin (meskipun terkenal hanya lewat acara Talkshow miliknya, Murray juga termasuk salah satu tokoh berpengaruh di Gotham City) oleh pelatuk pistol kaliber 38 yang ditariknya.

Karena akting Joaquin yang sangat 'powerful' disini, saya jadi teringat dengan mendiang Heath Ledger, pemeran Joker di film The Dark Knight (2008). Dimana beliau sangat totalitas sekali dalam perannya, sering improvisasi dan keluar dari naskah, penampilan Heath Ledger di The Dark Knight benar benar tidak bisa dipandang sebelah mata dan tidak bisa dianggap remeh. Begitu juga dengan si aktor Joaquin ini, Joaquin berhasil menghidupkan formulanya kembali, Joker yang seharusnya, setelah dikecewakan oleh Jared Leto yang berperan sebagai Joker di film Suicide Squad (2016). Itu menurut pendapat saya pribadi sih, menurut saya, Jared Leto malah saya rasa telah "menjelekkan" Joker. Leto tidak pantas bermain sebagai Joker.

Untuk film produksi DC Comics dan Warner Bros ini, banyak bioskop di luar negeri sana yang bahkan memperketat pengamanan bioskop, dikawal polisi dan segala macam. Ya wajarlah, film nya juga kayak gini, bahkan ada yang resah dan takut dengan pemutaran film ini. Meskipun sutradara, penulis Phillips tidak bermaksud mengagung agungkan kekerasan dan pembunuhan.

However, terlepas dari segala kritik/review negatif, terlepas dari segala caci maki, dan terlepas dari segala peringatan, film ini layak ditonton. Film ini Masterpiece ya! Sebuah mahakarya hasil tangan dingin Phillips. Kalau saya lihat dari awal sampai akhir film sih, kok kayak ada 'unsur unsur' film Taxi Driver (1976) ya? Film nya Martin Scorsese? Ya! Saya merasa ada campur tangan Martin Scorsese di film ini (cuman perasaan kali yak hehe :v).




note: Tiap orang beda beda ya, buktikan dengan nonton sendiri! Jangan bergantung dengan review atau kritik.




Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mampir ke situs review orang awam ini, See You Again!



Komentar