#PandemicReview - In Time (2011) Ketika Umur Manusia Hanya Dibatasi Hingga 25 Tahun


































In Time (2011)



Sutradara: Andrew Niccol

Pemeran: Justin Timberlake, Amanda Seyfried, Cillian Murphy, Olivia Wilde, Shyloh Oostwald, Johnny Galecki, Colin McGurk

Penulis: Andrew Niccol

Produser: Marc Abraham, Eric Newman, Andrew Niccol

Sinematografi: Roger Deakins

Editor: Zach Staenberg

Musik: Craig Armstrong

IMDb: 6,7/10

Metascore: 53

Rotten Tomatoes: 37%




Berlatar waktu di masa depan, film Science-Fiction ini berkisah tentang waktu hidup manusia yang terbatas hingga 25 tahun saja. Manusia bisa mengetahui sisa waktunya lewat sebuah teknologi yang ditampilkan di tangan kiri mereka. Tentu saja ini lagi lagi kembali pada kisah kesenjangan sosial, dimana yang kaya bisa hidup abadi karena mampu membeli waktu, sedangkan yang miskin tetaplah hanya bisa hidup selama 25 tahun. Sistem 'per-waktu-an' ini membuat Will Salas, seorang dari kalangan miskin, ingin membuat perubahan dan berusaha mengubah sistem ini sepenuhnya. Disini juga dikisahkan, waktu hidup manusia juga bisa berkurang dengan cepat dan drastis karena waktu hidup juga digunakan sebagai sebuah alat pembayaran.

Waktu hidup yang dimiliki Will Salas akan segera berakhir. Namun, semuanya berubah ketika Will menyelamatkan nyawa seorang pria kaya yang memiliki waktu hidup 100 tahun dari cengkraman tangan mafia waktu. Alhasil sebagai imbalan, pria kaya itu memberikan semua 100 tahun atau setara 1 abad waktu hidupnya kepada Will. Will lalu bergegas mencari ibunya yang waktu hidupnya akan habis, Rachel. Namun sayang, Will terlambat dan Rachel tidak terselamatkan. Petualangannya pun dimulai ketika Will mulai diburu oleh banyak pihak karena waktu hidupnya, dan pertemuannya dengan seorang wanita, yang merupakan putri dari seorang pengusaha pemberi waktu (Timelenders), Sylvia Weis.

Film besutan sutradara Good Kill (2014) dan Anon (2018) ini jika dibilang bagus, ya masih ada kekurangan. 50% Good 50% Bad, Fifty Fifty lah pokoknya. Banyak plot hole, akting pemain yang datar, naskah kurang mantep. Tapi disamping kekurangan itu, saya menyukai chemistry antara Will sama Sylvia. Selain itu, saya suka tema konsep ceritanya. Film ini menjadi sebuah metafora yang menyinggung kehidupan sosial masyarakat, penguasa yang memperlakukan rakyatnya semena-mena, dan kerasnya kehidupan di dunia.

Meskipun akting para aktor terkesan datar dan kurang memukau dan chemistry antara Will dan Sylvia menjadi 'pemberi kesan berbeda', film ini juga bisa jadi good reference buat ditonton. Bagaimanapun, Andrew Niccol masih mampu menyajikan visual khas dirinya di film ini. Film ini aja masih di handle sama Niccol, coba kalau di handle sama Christoper Nolan? Atau mungkin David Fincher? Duncan Jones? Atau Ridley Scott? Waduh gatau lagi udah.

Film ini juga membawakan pesan moral bahwa waktu memanglah sesuatu yang tidak tergantikan. Setiap detiknya berharga. Time is Money, Time is Gift, Time is Gold, dan yang lainnya.

Adegan memorable alias yang paling saya ingat adalah saat Henry Hamilton berkata pada Will "Don't waste my time (jangan buang waktuku)." padahal cuman gitu doang tapi kenapa ada 'mean' tersendiri.

"Will, if you get a lot of time, are you really gonna give it away?" (Will, jika kau punya banyak waktu, apa kau sungguh² akan memberikannya dengan cuma²?)

"I've only ever had a day. How much do you need? How can you live with yourself watching people die right next to you?" (Aku hanya punya waktu satu hari. Berapa yang kau inginkan? Apakah kau bisa hidup dengan menyaksikan orang lain mati didekatmu?)

"You don't watch. You close your eyes. I can help you get all the time you want." (Kau tidak melihat. Kau tutup matamu. Aku bisa membantumu untuk memiliki berapapun waktu yang kau mau.)




note: Setiap orang berbeda, jangan bergantung dengan sebuah review atau kritik, buktikan dan rasakan dengan nonton sendiri!




Terima kasih sudah meluangkan waktu ke situs review orang awam ini, See You Again!








Komentar