#PandemicReview - Green Book (2018) Rasisme, Persahabatan, Chemistry Mortensen Dan Ali Yang Spesial
Green Book (2018)
Sutradara: Peter Farrelly
Pemeran: Mahershala Ali, Viggo Mortensen, Linda Cardellini, Sebastian Maniscalco, Mike Hatton, Dimiter D. Marinov, P.J. Byrne, Joe Cortese
Penulis: Nick Vallelonga, Brian Hayes Currie, Peter Farrelly
Produser: Jim Burke, Brian Hayes Currie, Peter Farrelly, Nick Vallelonga, Charles B. Wessler
Sinematografi: Sean Porter
Editor: Patrick J. Don Vito
Musik: Kris Bowers
IMDb: 8,2/10
Metascore: 69
Rotten Tomatoes: 77%
Imbas dari tutupnya seluruh bioskop di Surabaya akibat pandemi membuat saya belum bisa menyaksikan Wonder Woman 1984 (2020) dan Tenet (2020). Dua film fenomenal yang rilis di akhir tahun ini. Kecewa? Ya pasti, tapi mau gimana lagi kan. Sebagai gantinya, saya menonton film-film lama yang belum pernah saya tonton. Nggak lama-lama amat, maksudnya film dari rentang tahun 2016 - 2019 yang luput dari perhatian saya. Dan salah satu film yang luput alias belum saya tonton adalah Green Book (2018).
Green Book pertama kali saya mengiranya secara harfiah. Bahwa ada sebuah buku hijau atau kisah dibalik buku hijau dan semacam itulah. Ternyata, ya memang secara harfiah ada buku hijau, tapi yang disorot disini bukan buku hijau tersebut, melainkan yang disorot adalah kisah persahabatan antara Dr. Don Shirley dan Tony Lip. Shirley adalah seorang pianis kulit hitam, sedangkan Tony Lip adalah seorang preman berkulit putih.
Buku hijau yang dikisahkan disini adalah 'guide book' atau buku panduan bagi para pelancong kulit hitam. Buku hijau ini berisi panduan bagi para pelancong kulit hitam yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah Amerika yang diskriminatif dan rasis. Berlatar tahun 60an, rasisme di Amerika cukup dipaparkan dengan sesuai dan apa adanya dalam film ini. Dramatisasi persahabatan antara Shirley dan Lip dikonstruksikan dengan baik. Makna dan pesan moral juga dikomunikasikan dengan baik di film ini. Entah film ini mengadaptasi kisah nyata atau novel saya lupa, yang jelas film ini menjadikan tiga piala Oscar yang diraihnya itu memang terlihat pantas.
Selain penggambaran maupun dramatisasi yang luar biasa dan tidak berlebihan, film ini juga menyajikan pengalaman sinematik yang cukup berbeda dan menonjol. Film ini berasa berjiwa karena dengan permainan tone warna-nya yang sesuai sehingga menyajikan cinematic experience yang berbeda, juga karena chemistry yang luar biasa antara Viggo Mortensen dan Mahershala Ali. Hangatnya chemistry, pengalaman sinematik yang nggak kalah sama Wes Anderson, sarat makna dan pesan moral, hingga kepiawaian penulisan naskah dan story development membuat film ini cukup recommended buat ditonton.
Tak lupa juga, tangan dingin Kris Bowers dalam aransemen musik yang kalem dan heartwarming juga menambah paket lengkap film ini.
note: Setiap orang berbeda, jangan bergantung dengan sebuah review atau kritik, buktikan dengan nonton sendiri!
Terima kasih sudah meluangkan waktu ke situs review orang awam ini, See You Again!


Komentar
Posting Komentar