#PandemicReview - No Time to Die (2021) Bukan Bond Terbaik, Tapi Bakal Kangen Sama Daniel Craig







Sutradara: Cary Joji Fukunaga

Pemeran: Daniel Craig, Leà Seydoux, Rami Malek, Lashana Lynch, Ralph Fiennes, Ana de Armas, Ben Wishaw, Christoph Waltz, Naomie Harris, Jeffrey Wright, Billy Magnussen, Rory Kinnear

Penulis: Neal Purvis, Robert Wade, Cary Joji Fukunaga, Phoebe Waller-Bridge

Produser: Barbara Broccoli, Michael G. Wilson

Sinematografi: Linus Sandgren

Editor: Tom Cross, Elliot Graham 

Musik: Hans Zimmer

IMDb: 8,0/10

Metascore: 71

Rotten Tomatoes: 85%



Saya ingat ibu saya pernah ngajak saya nonton film tentang agen rahasia yang menjalankan sebuah misi dan menyelamatkan dunia. Waktu itu nonton malam-malam sekitar jam 22:00 (kalau nggak salah). Saya yang waktu itu masih muda banget, bisa dibilang bocah, menonton film tersebut dengan penuh rasa takjub sembari mulut saya menganga lebar melihat teknologi-teknologi yang ditampilkan di film tersebut.

"Iki lo mas, senjatane." (Ini loh mas, senjatanya).

Ibu saya memberitahu saya soal senapan serbu otomatis yang digunakan agen tersebut di film itu.

Entahlah, saya agak lupa, sudah lama juga soalnya. Yang jelas film tersebut karakter utamanya bernama James Bond.

James Bond, agen MI6 atau Badan Intelijen Inggris, berhasil memikat saya untuk tertarik menonton kembali film-film terkait. Akhirnya seiring berjalannya waktu, saya makin familiar dengan angka “007”.

Film 007 yang saya tonton bersama ibu saya dulu berjudul GoldenEye (1995). Saya terkesan dengan penampilan Pierce Brosnan dalam memerankan James Bond. Saya memutuskan untuk mencari dan menonton film-film 007 lainnya (walaupun nontonnya nggak urut) seperti Tomorrow Never Dies (1997), The World Is Not Enough (1999), hingga Die Another Day (2002).

Karakter James Bond yang saya sukai dan saya kenal waktu itu hanyalah Pierce Brosnan. Sementara aktor pendahulu seperti Sean Connery nggak saya tonton. (Atau mungkin ada aktor-aktor pemeran James Bond lainnya sebelum Sean dan Brosnan).

Saya menyukai Pierce Brosnan hingga akhirnya munculah Daniel Craig.

Casino Royale (2006), debut pertama Daniel Craig sebagai James Bond membuat saya mempertimbangkan lagi soal pilihan “007 favorit” saya kepada Pierce Brosnan. Casino Royale (2006), yang berkisah tentang misi pertama Bond setelah berhasil mendapat nomor kode ‘00’, membuat saya akhirnya menobatkan Daniel Craig menjadi agen 007 favorit saya. Di film itu juga saya menemukan sosok kharismatik dan powerful seperti M (Judi Dench), kawan yang baik seperti Felix Leiter (Jeffrey Wright), hingga sesosok malaikat cantik di bumi seperti Vesper Lynd (Eva Green).

Seperti tim dalam franchise Mission: Impossible, saya akhirnya mengenal karakter-karakter dengan tugasnya masing-masing (seiring berjalannya franchise Bond versi Craig) seperti Q (Ben Wishaw), Bill Tanner (Rory Kinnear), hingga Moneypenny (Naomie Harris).

Untuk Madeleine Swann (Leà Seydoux), Bond adalah pasangannya. Bond adalah hidup dan matinya.

Dari Casino Royale (2006), berlanjut ke Quantum of Solace (2008), Skyfall (2012), Spectre (2015), dan yang terbaru No Time to Die (2021).

Ya, saya menikmati debut Daniel Craig dalam waralaba ini.

No Time to Die (2021) diarahkan oleh Cary Joji Fukunaga. Cary juga tergabung dalam tim penulisan skenario dan ide cerita.

No Time to Die (2021) menjadi penutup debut 007 era Craig yang ideal dan visionaris. Dengan ciri khas film-film spionase, yaitu hubungan internasional, film ini tetap pada batasnya dan ceritanya tidak berlebihan (untuk ukuran film penutup).

Saya masih belum bisa menerima kepergian Bond yang meninggalkan Madeleine dan Mathilde di ending film. Bond meninggalkan M (sekarang diperankan Ralph Fiennes), Moneypenny, Nomi (Lashana Lynch), Q, dan Tanner. Tetapi, jika Bond bisa keluar dari pulau itu, sama saja virus modifikasi Heracles tersebut berbahaya bagi orang terdekat sekaligus pujaan hatinya, Madeleine.

Sinematografi yang segar dari Linus Sandgren meskipun visualnya tidak se-visioner Wally Pfister dan Roger Deakins. Adegan pada saat pasukan yang dipimpin Primo (si mata satu) menyusup ke laboratorium MI6 melalui jendela saya akui membuat kepala saya pusing sejenak hehehe.

Ada potensi yang sepertinya tidak dimanfaatkan dalam film ini. Seperti Paloma yang debutnya cuman sebentar. Cuma bantuin Bond ngejar Valdo Obruchev doang di Kuba habis itu selesai. Mungkin Paloma dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan porsi tampil lebih lama lagi.

Terakhir, sebagai karakter baru, saya menyukai Lyutsifer Safin (Rami Malek), seorang Ilmuwan, Teroris, anggota Spectre, sekaligus orang yang berpengaruh di masa lalu-nya Madeleine. Bagaimana menonjolnya aura superior dan powerful dari Safin ketika sekelas James Bond pun mampu dibuat berlutut kepadanya.

Soal skoring tidak usah ditanya. Hans Zimmer sudah memberikan karya terbaiknya. Meskipun ada suatu film yang saya anggap jelek, jika ada komposer Hans Zimmer didalamnya, saya akan menyukai skoringnya. Btw, “No Time to Die” yang dinyanyikan oleh Billie Eilish dan ditulis oleh kakak adik FINNEAS dan Billie Eilish membuat candu di kuping saya. Saya suka lagunya.

Daniel Craig bagi saya adalah agen 007 terfavorit. Tapi bukan versi Bond yang terbaik. Saya yakin setelah Craig, pasti akan ada Bond selanjutnya yang menyajikan debut terbaiknya.


note: Setiap orang berbeda, jangan bergantung dengan sebuah review atau kritik, buktikan dengan nonton sendiri!


Terima kasih sudah meluangkan waktu ke situs review orang awam ini, See You Again!



Komentar